Om jin dan Durian

Biru, tenang, dan jernih. Tiga kata yang mewakilkan permukaan laut di banda neira. Aku berenang untuk sampai di pulau peninggalan leluhur bersama sepupu dan entah siapa lelaki itu. Berenang dengan sekuat tenaga di air yang dalam nan jernih aku tidak ingat diriku merasa kelelahan, tapi sepertinya tidak karena raut wajah dan helaan nafasku tida menunjukan seperti  itu. 

Pulau karaka berpasir putih, pulaunya kecil dan berbatu namun rindang pepohonan. Aku sampai di tepi pantai, si lelaki yang tak ku kenal berjalan duluan menapaki jalan setapak pulau, di susul ona (panggilan untuk sepupuku) dan aku sambil memerhatikan sekelilingku mengagumi pulau ini. Rasa-rasanya sungguh nyata, tetapi ini baru pertama kalinya aku ke tempat ini. 

Tidak butuh waktu lama untuk sampai kedalam pulau, pohon kelapa menjulang tinggi-tinggi, rindang dan lebat buahnya. Aku tercengang, bukan karena pohon kelapa dan buahnya, tetapi ada pohon durian lebat yang buahnya sudah di petik dan disusun menggunung oleh seorang penunnggu pulau, kita sebut saja om jin *Karena aku tidak yakin, aku boleh menyebut namanya disini* Om jin yang memetikan buah durian untukku. 

Aku pulang ke rumah sambil membawa durian itu, dan ternyata  tidak sendirian, om jin ikut denganku. Kami duduk di ruang tamu, ayah dan ibu ikut menyambut tetapi ada yang aneh, wajah om jin terlihat tidak bersahabat, ketika ditanya ia menginginkan segelas kopi hitam**

Pulau karaka, Kepuluan Banda 
-sugar

Comments