Why Cheating?
Hakmu adalah berbohong kewajibanku hanya pura-pura tidak tahu
Malam itu aku mengirim sebuah pertanyaan kepadamu dan kau bertanya mengapa ku bertanya seperti itu, apa karena aku cemburu?
Bukan, jawabku. Tak sengaja sebuah video tentang istri yang selingkuh tengah viral di sosial media, itu membuatku agak sedikit terganggu karena aku selalu tidak habis pikir, “Kok perempuan itu sampai hati menghianati suaminya sendiri? Apakah sudah tidak cinta lagi?”
Pertanyaan seperti diatas selalu muncul setiap aku melihat atau mendengar kabar perselingkuhan. Bukankah lebih mudah untuk memutuskan hubungan dari pada berselingkuh?
Jika jatuh cinta tidak butuh alasan, mengapa putus cinta mewajibkan kita mencari alasan? — Perempuan Jika Itulah Namamu.
Bukankah semua alasan dari putus cintaku memang karena salah seorang tidak ingin bersama lagi? Entah apapun alasannya, alasan utamanya ialah aku sudah tidak mau bersama denganmu lagi.
Ini terjadi kepadaku. Saat ia memutuskan hubungan aku bertanya-tanya mengapa, dan setiap alasannya terasa tidak masuk akal — padahal intinya satu, ia tidak ingin bersama lagi.
Lebih mudah bagiku untuk memproses alasan itu, karena ya mau bagaimana lagi? memang sudah tidak bisa dipertahankan, ada baiknya ia memutuskan hubungan dari pada mencari pelampiasan dari ketidakpuasan sebuah hubungan, bukan?
Aku jadi berfikir — lagi, kenapa orang mau repot-repot berselingkuh dari pada memutuskan sebuah hubungan? Bukankah dua-duanya membutuhkan effort yang besar?
Selingkuh itu candu kah? Menantang adrenalin, janjian bersembunyi, saling kirim pesan diam-diam. Bagian yang paling ku benci dari perselingkuhan adalah berbohong.
“Kamu hari minggu kemarin tidur cepat?”
“Iya nih, soalnya pulang kerja aku kelelahan.” — padahal sedang bertelepon tatap muka dengan yang lain.
Seperti orang bodoh saja.
— Sebentar, nanti aku lanjut lagi ya, tiba-tba harus isi gsheet—
Comments
Post a Comment